Jakarta - Nama Kiai Maimun Zubair sedang ramai diperbincangkan. Sebabnya, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah ini sempat salah menyebut nama Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi Prabowo Subianto ketika membaca Duduk di Dekat Jokowi, Maimun Zubair Isyaratkan Dukungan Pilpres"Ya Allah, hadza ar rois, hadza rois, Pak Prabowo ij'al ya ilahana," kata Maimun dalam rekaman video acara Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju yang diterima Tempo, Sabtu, 2 Februari membacakan doa sambil melihat secarik kertas kuning yang dia keluarkan dari sakunya. Doa ini dibacakan Maimun dalam bahasa potongan doa Maimun itu kurang lebih memiliki arti 'ya Allah, inilah pemimpin, inilah pemimpin Prabowo, jadikan, ya Tuhan kami'. Petikan doa yang terselip nama Prabowo itu terekam di menit ke 3 lewat 40 detik dari video berdurasi 6 menit 37 Maimun dihampiri oleh Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy alias Romi usai membacakan doa. Setelah itu, Maimun kembali berdoa seperti meralat ucapannya sebelumnya. "Jadi saya dengan ini, untuk menjadi, siapa yang ada di samping saya ya Pak Jokowi," Dalam konstelasi politik, Maimun Zubair punya posisi yang cukup diperhitungkan di Jawa Tengah. Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018, kubu Jokowi yaitu Ganjar Pranowo sebagai inkumben dan penantangnya yaitu Sudirman Said sama-sama mencari dukungan dari Kiai Maimun. Keduanya punya tujuan sama, meminang salah satu anak Mbah Ganjar Pranowo bisa meminang Taj Yasin atau biasa disapa Gus Yasin yang merupakan anak ketujuh Maimun. Taj Yasin merupakan politikus Partai Persatuan Pembangunan. Ia merupakan Anggota DPRD Jawa Tengah periode 2014-2018 dari Taj Yasin ke kubu Jokowi tak menyurutkan langkah Sudirman Said. Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon sempat menyebut masih mempertimbangkan nama dari putra Mbah Moen selain Gus Yasin. "Putra Mbah Mun bukan cuma satu ya, lihat saja nanti," kata Fadli di gedung DPR RI, Senayan. Namun, Sudirman Said belakangan menggandeng politikus PKB Ida juga Di Acara Jokowi, Maimun Zubair Salah Sebut Prabowo Jadi PemimpinSementara itu, Muhhamad Najid atau biasa disapa Gus Najih lebih memilih mendukung Prabowo. Najih merupakan kakak Taj Yasin. Dukungan anak Maimun Zubair ini terekam saat ia datang ke acara Musyawarah Ulama pendukung Prabowo - Sandiaga yang digelar di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Ahad, 16 September 2019.PemikiranKiai Maimun Zubair tentang PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) menjadi penting untuk digelorakan guna membendung arus deras radikalisme. Sebagai seorang kiai yang tumbuh dan hidup di pesantren, beliau bukan tipologi pemikir Islam yang berada di atas menara gading. Beliau seorang yang alim dan memiliki kepekaan - Kiai Haji Maimun Zubair atau Mbah Moen wafat di Mekah, Arab Saudi, Selasa 6/8/2019, dalam usia 90 tahun. Sejarah hidup tokoh Nahdlatul Ulama NU, Partai Persatuan Pembangunan PPP, dan pengasuh pondok pesantren Al-Anwar Rembang ini diwarnai dengan kiprahnya di kancah politik, selain tentu saja sebagai ulama satu orang yang mengabarkan wafatnya Mbah Moen adalah Mahfud MD, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi MK yang dekat dengan tokoh-tokoh NU. Melalui akun Twitter-nya, Mahfud MD memastikan berita duka tersebut setelah memperoleh informasi langsung dari orang dekat Mbah belasungkawa pun mengalir, termasuk dari sosial media. Salah satunya datang dari Alisa Wahid, putri Presiden RI ke-4 sekaligus mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.“Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun. Sugeng tindak [selamat jalan], Mbah Moen. Walaupun airmata saya tak juga berhenti, saya yakin Mbah berbahagia karena berpulang di tempat yang Mbah cintai. Semoga Allah SWT menempatkan Mbah di tempat yang terbaik, Lahu alfatihah...” tulis Alisa di Twitter. Wafatnya Mbah Moen tentu menjadi kehilangan besar bagi warga Nahdliyin. Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Ishomuddin, menyebut sang kiai sebagai sosok yang patut diteladani dengan segala sifat dan sikap kebajikannya.“Beliau salah seorang waratsatul anbiya' pewaris para nabi yang tentu dalam banyak hal pasti meniru Rasulullah SAW. Beliau adalah orang yang zuhud, sabar, penyayang, santun, tegas, banyak bersyukur, rendah hati, bijaksana, dan sebagainya. Banyak akhlak terpuji yang bisa diteladani ada pada beliau,” sebutnya di website NU. Kisah Klasik Sang Kiai Di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Maimun Zubair lahir pada 28 Oktober 1928. Maimun merupakan putra pertama Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Sang ibunda adalah putri dari Kiai Ahmad bin Syu'aib, pendiri pesantren al-Anwar yang kelak diwariskan kepada Maimun. Ayah Maimun, Kiai Zubair Dahlan, adalah sosok guru yang telah melahirkan banyak ulama di tanah air, meskipun tidak punya pesantren sendiri. Dikutip dari buku 3 Ulama Kharismatik Nusantara 1988 karya Amirul Ulum, keilmuan dan kealiman Kiai Zubair Dahlan bahkan diakui hingga ke negeri Moen juga dididik langsung oleh ayahnya sedari kecil. Ia mempelajari ilmu-ilmu ajaran Islam dengan baik. Bahkan, saat remaja, Maimun sudah hafal berbagai kitab macam al-Jurumiyyah, al-Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharot Tauhid, Sullamul Munauroq, dan masih banyak lagi. Tahun 1945, Maimun menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Saat itu, usianya baru menginjak 17 tahun. Ia diasuh oleh para ulama di Lirboyo, antara lain Kiai Haji Abdul Karim atau Mbah Manab, Kiai Mahrus Ali, juga Kiai Marzuki. Maimun kemudian pergi ke Mekah saat usia 21 tahun bersama kakeknya, Kiai Haji Ahmad bin Syu’aib. Sang kakek membawanya berguru kepada ulama-ulama besar, termasuk kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly, dan ke tanah air, Maimun terus memperdalam ilmunya. Ia kerap mengunjungi alim-ulama di seantero Jawa, di antaranya adalah Kiai Baidhowi yang kemudian menjadi mertuanya, Kiai Ma’shum, Kiai Bisri Musthofa, Kiai Abdullah Abbas Buntet, hingga Syekh Abul Fadhol ilmu itu lantas ia amalkan, termasuk dengan menulis beberapa kitab atau buku, seperti dikutip laman antara lain Nushushul Akhyar, Tarajim Masyayikh Al-Ma’ahid Ad-Diniah bi Sarang Al-Qudama’, Al-Ulama’ Al-Mujaddidun, Kifayatul Ashhab, Maslakuk Tanasuk, Taqirat Badi Amali, dan Taqrirat Mandzumah Jauharut Politik Mbah Moen Tak hanya dikenal sebagai kiai karismatik, Kiai Maimun juga berkiprah di kancah politik. Maka tidak heran jika Mbah Moen sangat dihormati oleh tokoh-tokoh nasional di negeri ini, dan selalu dimintai doa restu setiap menjelang perhelatan Persatuan Pembangunan PPP menjadi pilihan Mbah Moen dalam menyalurkan aspirasi umat lewat politik. Di zaman Orde Baru, PPP merupakan satu-satunya partai Islam setelah dilakukannya fusi atas pengaruh Soeharto selaku presiden kala itu. Selain itu, Mbah Moen juga aktif di kepengurusan NU. Pada 1985-1990, ia menjabat sebagai Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Moen duduk sebagai wakil rakyat di DPRD Rembang selama 7 tahun, dari 1971 hingga 1978. Setelah itu, dikutip dari Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru 1996 karya Abdul Aziz Thaba, Mbah Moen melenggang ke Jakarta sebagai anggota MPR-RI sejak 1987 dari Fraksi Utusan Reformasi 1998 yang menandai tumbangnya rezim Orde Baru, dan seiring berakhirnya masa baktinya di MPR-RI pada 1999, Mbah Moen kembali ke Rembang untuk memimpin pesantren al-Anwar di begitu, Mbah Moen tetap menjadi panutan banyak tokoh nasional. Dalam konflik panjang PPP, misalnya, Mbah Moen berperan sebagai penengah antara kubu Romahurmuziy dan Djan Faridz kendati islah memang masih sulit dan karisma Mbah Moen seolah tak lekang ditelan zaman dan menjadi rujukan bagi mereka yang sedang bertarung di pentas politik. Di Pilgub Jawa Tengah 2018 lalu, misalnya, dua kandidat gubernur yakni Ganjar Pranowo dan Sudirman Said sama-sama sowan ke Rembang untuk meminta restu dari Mbah kedua kandidat ini meminang dua putra Mbah Moen sebelum maju ke Pilgub Jawa Tengah. Ganjar mendekati Taj Yasin Maimoen, sementara Sudirman berusaha merangkul Majid Kamil Maimoen. Pasangan Ganjar-Gus Yasin terwujud dan memenangkan pilgub, sedangkan Sudirman akhirnya berpasangan dengan Ida tingkatan pesta demokrasi yang lebih tinggi pun demikian, termasuk di dua perhelatan Pilpres terakhir dengan dua kandidat yang sama yakni Joko Widodo Jokowi melawan Prabowo Subianto. Dua tokoh nasional ini beberapa kali berkunjung ke kediaman Mbah Moen. Mbah Moen pun dengan tegas menyatakan dukungan, biasanya selaras dengan calon yang disokong DPP PPP. Di Pilpres 2014, Prabowo menjadi pilihan Mbah Moen. Sementara untuk Pilpres 2019 kemarin, Mbah Moen mendukung Jokowi kendati sempat terjadi silap kata dalam doa sang PPP, Mbah Moen menempati posisi sebagai Ketua Majelis Syariah yang diembannya sejak 2004 hingga wafatnya. Pada 6 Agustus 2019, sang kiai karismatik yang amat berpengalaman di ranah politik ini mengembuskan nafas terakhir dengan tenang di Kiai Haji Maimun Zubair dikebumikan di tanah suci, berdampingan dengan pusara guru-gurunya terdahulu, serta berada satu kompleks dengan makam istri Nabi Muhammad, Siti Khadijah. - Humaniora Kontributor Wisnu Amri HidayatPenulis Iswara N Raditya & Wisnu Amri HidayatEditor Abdul Aziz INDOTRENDSID - Cara hidup tenang dan lancar rezeki, Mbah Moen atau KH Maimun Zubair sebutkan rahasia amalannya. Apa saja? Semasa hidup, Mbah Moen menyebutkan, ada dua surat pendek yang bisa diamalkan setelah sholat sunah Qobliyah subuh. Bila hal itu diamalkan rutin maka ketenangan hidup dan kemudahan rezeki menghampiri orang yang mengamalkannya.
Jakarta, NU OnlineKiai sepuh NU, KH Maimoen Zubair berkenan berdoa pada penutup deklarasi dan halaqah alim ulama yang digelar Majelis Dzikir Hubbul Wathon di hotel Borobudur, Jakarta, Kamis malam 13/7. Setelah berdoa dengan menggunakan bahasa Arab, ia menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian ditutup lagi dengan doa berbahasa Arab. Berikut doa pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang Jawa Tengah ituYa Allah, ya Rabbi, jadikanlah pertemuan kami ini adalah pertemuan yang penuh Kau rahmati sehingga benar-benar apa yang kita kumpul pada malam ini, malam ini, berkumpul untuk hubbul wathan minal iman, cinta kepada tanah air. Cinta kepada bangsa. Cinta kepada yang Kau berikan kepada kami nikmat yang besar ini, adalah negara Republik Indonesia, Negara Kesatuan yang berdasarkan Pancasila. Ya Allah, ya Rabbi, kita mengetahui segala apa pun adalah menurut kehendak-Mu. Segala apa pun itu kudrat iradat-Mu. Kau menjadikan bangsa kami alhamdulillah menjadi bangsa yang benar-benar menjadi tuntunan setelah sudah runtuhnya khalifah-khalifah. Khalifah yang Kau berikan adalah empat. Sedangkan yang empat itu adalah satu hal, semuanya kita ketahui harus merujuk kepada yang empat. Kita mempunyai pilar yang empat, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan yang akhir Undang-Undang 1945. Ya Allah, pilar empat ini, jadikanlah sebagai pilar Kau perintahkan kepada kami bahwa ketenteraman, kebahagiaan, kestabilan, segala apa kenikmatan, kembali kepada adalatul umara, kepada ilmul ulama, dan kepada syakhawatul aghniya, dan terakhir dua’ul fuqara. Fuqara yang Kau maksud adalah hamba-hamba-Mu, wali-wali-Mu, yang Kau tidak tolak doanya. Oleh karena itu, kita beristighfar kepada-Mu dan kemudian minta istighatsah kepada-Mu, kemudian wasilah kepada-Mu, nabi-nabi-Mu, wali-wali-Mu; kuatkanlah persatuan bangsa kami, persatuan bangsa kami ini sehingga mempunyai pilar empat sebagaimana yang Engkau firmankan bahwa awal kali Kau bina di bumi ini adalah mempunyai pilar empat yaitu ka’ Halaqah yang diinisiasi Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin itu dihadiri Presiden RI Joko Widodo, Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan sekitar 700 ulama. Abdullah Alawi
MaimunZubair dapat ditemukan dalam kitab berjudul Al-Faidh Al-Rahmani Fi Al-Tsabat Al-Maimuni (Limpahan Kasih Tuhan Sang Maha Kasih, Sanad Kitab dari Mbah Moen). Kitab ini disusun oleh Ustadz Ahmad Fakhrur Razi Shadiqun, murid KH. Maimun Zubair yang juga pengajar di Pesantren Al-Anwar, Sarang.
MjM3.