Anakbroken home yang menjadi korban perceraian memiliki cerita beragam mengenai nasib yang dialami keluarga mereka. Nawa, 22, warga Jebres, Solo, salah satu anak broken home mengisahkan bagaimana awal mula keretakan keluarga mereka. "Dulu waktu saya kecil orang tua saya sering cekcok. Sering bertengkar. Beda pendapat. Saya ingat itu waktu saya SD.
Cerpen Karangan MaretaKategori Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 23 August 2013 Pagi itu aku di beri tau oleh orang tuaku tentang rencana perceraian mereka. Aku tak tau kenapa mereka mau bercerai… Padahal mereka akur akur saja selama ini “jadi gimana nis, gakpapa kan papa dan mama bercerai?” tanya orangtuaku “ya gakpapa” kataku… Sebenarnya aku gak mau mereka bercerai.. Tapi, aku sudah biasa menyimpan semua masalahku untuk diri sendiri. “oke.. 1 minggu kamu di papa.. Satu minggu kamu di mama ya..” kata papaku “iya.. Terserah..” kataku pura pura cuek “oke.. Papa dan mama pergi dulu ya nisa.. Baik baik di rumah.” kata mamaku sambil bergegas pergi “iya mam.. Hati hati di jalan.. Papa juga..” kataku sambil melambaikan tangan. “iya.. Makasih ya nisa..” kata mamaku sambil mecium keningaku dan pergi. “iya..” kataku. Mama pun pergi dengan papa.. Sebenarnya aku sangat sedih.. Aku sangat sangat sedih.. Tapi, apa gunanya? Apa kalau aku sedih, papa dan mama gak akan bercerai? Konyol banget.. Tapi, tanpa terasa, air mataku berjatuhan.. “hiks… Apa apaan ini? Kenapa aku menangis?” kataku sambil menghapus air mataku. Aku pun pergi dari ruang keluarga ke taman belakang rumahku.. Di sana ada sahabat terbaik ku.. Yaitu kura kura. Aku memiliki 1 kura kura, aku memelihara sudah 5 tahun, gak tau kenapa, aku merasa aku punya hubungan batin dengannya.. “hei..” kataku sambil menangis. Kura kura ku yang sedang berenang langsung perlahan mendekatiku dan melihatku dengan dalam.. Aku merasa sangat sedih.. Aku langsung menangis dengan sekeras kerasnya.. Kura kura ku pun semakin mendekatiku dan menggerakan tangannya.. Dia seperti ingin memegang tanganku atau memelukku.. “hiks… Hiks… Kenapa? Kenapa mama dan papa ingin bercerai.. Apa kamu tau? Apa kamu juga sedih jika mereka bercerai? Seandainya kamu bisa berbicara, mungakin aku akan sedikit bahagia untuk berada di dunia ini.. Hiks..” kataku sambil menangis Kura kura ku semakin memperhatikanku.. Seperti dia mengerti semua perasaanku.. “kura kura… Aku sayang kamu.. Kamu satu-satunya teman sejati aku… Setiap aku sedih atau senang, kamu selalu ada.. Terima kasih ya, hiks..” kataku masih menangis.. “akhh! Aku gak boleh menagis! Lagian kalau papa dan mama bercerai, itu semua akan tetap sama! Aku akan tetap bisa bersama papa dan mamaku.. Bener gak?” kataku menghibur diri sendiri.. Beberapa minggu kemudian “ini.. Calon ayah baru kamu.. Dia baik loh..” kata mamaku sambil menggandeng tangan seorang lelaki. “o.. I.. Iya salam kenal” kataku “iya! Salam kenal.. Panggil om papa ya..” kata om itu “i.. Iya” kataku “eh nisa, mama dan papa baru mau pergi dulu ya.. Baik baik di rumah..” kata mamaku “iya ma..” kataku. Mama pun pergi bersama om dimas.. “aku gak kuat! Aku kira mereka gak akan menikah lagi! Aku kira mereka hanya berpisah! Aku benci!” kataku sambil menangis Sejak hari itu, kehidupan ku menjadi semakin suram dan semakin suram lagi. Aku stress! Aku capek! Aku sedih! Aku gak terima dengan semua ini. Dan aku memutuskan untuk pergi kabur dari rumah. Aku pun menyiapkan surat untuk mama dan papa asli ku.. “aku akan pergi.. Setidaknya aku akan lebih bahagia!” kataku sambil menuju ke taman belakang untuk menjumpai sahabat ku.. “hei.. Aku akan pergi dari rumah ini. Maaf, aku gak bisa bawa kamu.. Aku takut gak bisa ngasih makan kamu.. Aku ingin kamu di sini dan tumbuh besar… Semoga kamu baik baik aja ya..” kataku sambil memegang kura kura ku.. “hiks… Aku pasti merindukanmu!” kataku sambil langsung pergi.. Di jalan Di sepanjang perjalanan aku terus berfikir bagaimana aku bisa hidup.. Di mana aku tinggal. Selain itu aku masih memikirkan tentang mama dan papaku.. Tiba tiba “tettt..” Suara klakson mobil mengagetkan lamunanku.. “hei! Kalau jalan lihat-lihat!” kata pengemudi itu dan langsung kembali menjalankan mobilnya.. “ma.. Maaf..” kataku Aku pun terus melanjutkan perjalanan.. Aku melihat berbagai orang di jalanan.. Ada yang pincang, ada yang matanya buta, ada yang mengemis di jalanan.. Ada anak anak miskin yang ngamen dan lain lain.. Tiba tiba, aku teringat oleh betapa enaknya hidup ku di rumahku yang dulu. Kenapa aku tak bersyukur oleh semua yang di berikan tuhan padaku? Tuhan cuma memberi sedikit ujian bagiku.. Tapi, mengapa aku langsung menyerah dan pergi? Kenapa selama ini aku selalu sebodoh ini? Setelah memikirkan semua itu, aku langsung pergi ke toko bunga untuk membeli bunga mawar untuk mama dan papaku.. Aku akan meminta maaf pada mereka. Setelah membeli bunga mawar, aku menyobekkan kertas untuk papa dan mama ku yang bertuliskan papa, mama maafkan aku, aku selama ini selalu tak bersyukur dengan apa yang tuhan berikan padaku.. Mama, papa terimakasih banyak..’ isi suratku pada mama dan papaku yang langsung aku selipkan di bunga mawar itu.. Lalu aku pun segera bergegas pergi kembali ke rumah… Tapi, tiba tiba. “tittt” Suara klakson mobil yang langsung menabrakku “mama, papa, rasanya tertabrak sakit sekali! Aku merasakan tubuhku sangat sakit! Mama, papa, aku cinta kalian.. ” Di lain tempat “nisa… Ayo makan dulu..” panggil mamaku.. Tapi, mama tak mendengar aku menyahut panggilan mamaku. “nisa…” kata mamaku “pah papa baru, nisa kok gak nyahut ya?” tanya mamaku mulai khawatir “mungakin ketiduran kali mah.. Udah biarin aja..” kata om itu “nggak. Mama merasa perasaan yang gak enak. Mama akan ke kamar nisa” kata mamaku sambil tergesa gesa pergi ke kamarku.. Beberapa menit kemudian “hiksss!” tangis mamaku setelah kembali dari kamarku.. “ma, kenapa? Ko nangis?” tanya om “i.. Ini.. Nisa kabur dari rumah.. Ini suratnya.. Hikss..” kata mama sambil memberi surat nya pada om dimas ” papa, mama. Aku sayang kalian.. Tapi, aku gak tahan… Aku gak bisa hidup dengan orang yang gak aku kenal.. Yaitu om dimas.. Sebenarnya, aku gak mau mama dan papa bercerai.. Tapi, aku gak bisa ngomong tentang itu.. Mama, nisa pergi dari rumah ya.. Mungakin setelah mama baca surat ini, nisa akan pergi selamanya dari rumah ini..’ isi surat nisa.. ” “ma, tenang, kita harus cari nisa sekarang” kata om “i.. Iyaa hikss” jawab mama masih sambil meangis Mama dan om dimas pun pergi mencari nisa, setelah beberapa lama mencari, mereka melihat ada ramai ramai orang berkumpul.. “pah, itu ada apa?” tanya mamaku “gak tau mah.. Kita lihat aja ya..” jawab om dimas sambil keluar dari mobil Lalu, mereka pun menghampiri kerumunan itu.. Setelah mama melihat korban kecelakaanya, dia sangat terkejut dan tak bisa bersuara… Rasanya seperti tercekik! Lututnya tiba tiba lemas dan jatuh! Dia menangis tanpa mengeluarkan suara! Ternyata yang di lihatnya itu, seorang anak, yang darahnya bercucuran! I.. Itu adalah nisa! “n..nisaaa! ” teriak mama langsung memeluk ku.. “n…nisaaa! Maafkan mama sayang… Bangun sayang.. Mama sayang nisa… Nisa jangan tinggalkan maaamaa..” jerit mamaku histeris “papa! Cepat bawa nisa ke rumah sakit! Cepat! Hiksss” kata mama sambil terus menangis histeris Di rumah sakit “gimana dok? Nisa gimana?!” tanya mamaku pada dokter “ibu, kami turut berduka.. Kami telah berusaha sekuatnya.. Tapi, nyawa nisa tak terselamatkan..” jawab dokter “a.. Apa?! Dokter bohong! Dokter bohong! Nisa gak mungakin meninggal! Nisa masih hidup!” jerit mamaku sambil menangis tambah histeris.. Mama pun langsung masuk ke ruangan itu, dia melihat tubuh nisa yang lemah berbaring.. Dia pun langsung memeluk nisa “nisaaa… Mama di sini nak.. Mama di sini… Nisa gak boleh tinggalin mama… Nisa harus sama mama di sini..” kata mamaku sambil terus menangis.. “ibu, di kejadian, kami menemukan mawar ini di tangan anak ibu..” kata polisi tiba tiba Polisi itu pun meyerahkan bunga itu pada mamanya nisa Setelah menerima bunga itu dan suratnya, mama semakin menangis.. “nisa… Bangun nak.. Mama sayang nisa.. Hiksss..” jawab mama sambil mencium kening nisa.. Tapi, tiba tiba, nisa menggerakkan jarinya.. “ni.. nisa? Dokter! Dokter!” kata mama sambil memanggil dokter “dokter.. Tadi anak saya menggerakan jarinya!” kata mamaku “sebentar bu, kami cek dulu.. Ibu silahkan keluar dulu..” kata dokter Setelah beberapa menit, dokter keluar dan mengatakan “bu, ini sebuah mukjizat! Kasih sayang dan cinta ibu mampun membuat nisa kembali lagi ke dunia ini..” kata dokter “be.. Benarkan dok?” tanya mama “iya, tapi badan nisa masih dalam keadaan sangat sangat lemah, jadi sebaiknya cuma ibu dan ayahnya saja yang menjenguknya..” jawab dokter “ba.. Baiklah dok, terimakasih..” jawab mama. “pah, ayo masuk! Kita jenguk nisa!” ajak mamaku.. “tunggu, aku bukan papa kandungnya nisa, sebaiknya kamu menjenguk nisa dengan papa kandungnya.. Agar nisa lebih cepat untuk pemulihan..” jawab om dimas Tiba tiba datang papa kandung nisa untuk menemui nisa.. “ma… Eh, gimana kabarnya nisa? Apa dia baik baik saja?” tanya papaku khawatir “iya, nisa baik baik saja setelah mendapat ciuman di kening dari ibunya, lebih baik kalian kembali bersatu, aku gak mau kejadian ini terulang 2x. Aku akan pergi..” jawab om dimas.. “di.. Dimas?” tanya papaku “aku harus pergi..” jawab om “te… Terimakasih..” jawab mamaku “iya… Sama sama..” jawab om dimas sambil pergi Setelah kejadian itu, papa dan mama merawatku hingga aku sembuh, selama itu, cinta papa kepada mama dan sebaliknya pun mulai tumbuh lagi dari mereka berdua, mereka kembali bersatu. Aku papa dan mama pun kembali menjadi keluarga yang bahagia === the end === Cerpen Karangan Mareta Facebook Mareta Shiva Halo! Aku penulis baru! Semoga kalian suka dengan cerita ku ya!! Cerpen Broken Home Is Test For You merupakan cerita pendek karangan Mareta, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Sebuah Pertemuan Oleh Dhimas A. Bhagastama Ya Tuhan, kenapa hidupku seperti ini? Kenapa aku tak bisa seperti mereka yang bisa asyik bermain sedangkan aku tidak?” Ujar Andi saat beristirahat di bawah pohon setelah seharian mengorek-orek Bintang Yang Memudar Oleh Rheina Hanifah Bintang Ranatasya, sosok gadis remaja yang dipaksa kuat oleh keadaan, dipaksa dewasa oleh keadaan, dipaksa selalu tegar oleh keadaanya. Lahir dari keluarga yang kurang harmonis, sejak dulu Bintang sudah Tak Terasa Jerih Hari Ini Oleh Y. Nurafifah Di balik rumah megah berpagar besi terdapat rumah kayu berkelilingan pohon kelapa dan mangga. Rumah kayu sederhana yang masih layak pakai itu dihuni oleh Pak Aleh dan putrinya Alin. Ada Namun Seperti Tiada Oleh Anita Setiawati Semilir angin sore memang sangat sejuk, tak ayal banyak sekali dari anak-anak sampai lansia keluar rumah saat sore hari. Akupun menjadi salah satunya. Sekian lama tidak keluar rumah, aku Adikku Sayang Oleh Fathiya Hasna Khairunisa “Ah..” ucapku geram melihat buku ceritaku dirobek-robek oleh adikku, Erita. “Ada apa sayang?” bunda menghampiriku dan Erita. “Ini Bun, buku Kakak dirobek-robek sama Erita,” aku segera berlari ke kamar “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Apabilakalian korban dari " Broken Home ", kalian pasti sangat mengerti 4 dampak dari broken home di bawah ini. 1. Kehilangan. Korban Broken Home benar-benar mengerti apa itu yang dinamakan kehilangan sesungguhnya. Bagi kalian orang normal, kehilangan semisal pacar atau barang berharga itu bukanlah hal yang perlu ditangisi hingga berlarut

Cerpen Karangan Devi OliviaKategori Cerpen Islami Religi, Cerpen Keluarga, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 21 December 2016 Namaku Afrizal Prambudi. Aku biasa dipanggil dengan sebutan Rizal atau Ijal. Menurut kebanyakan orang aku adalah anak yang beruntung. Tapi kenyataannya tidak, aku adalah anak broken home yang selalu menjadi bahan pelampiasan amarah orangtuaku sehabis bertengkar. Dan inilah kisah hidupku. Saat ini aku masih bersekolah di SMA Negeri di bilangan Jakarta Selatan. Aku memiliki 2 orang adik perempuan yang masing-masing kelas 1 SMP dan Kelas 3 SD. Aku dan kedua adikku memiliki kebiasaan yang sama yaitu sebagai korban pelampiasan amarah kedua orangtuaku. Orangtuaku sering bertengkar seperti ini semenjak adik bungsuku memasuki jenjang kelas 1 SD. Ya memang meski disaat kami bertiga telah berbuat yang terbaik untuk orangtua kami, tapi masih saja selalu salah di mata mereka apabila amarahnya telah memuncak. Namun adik-adikku tidak mendapat perlakuan sekasar yang pernah aku dapatkan dari orangtuaku. Aku sebenarnya telah banyak mendapatkan perlakuan yang kasar dari orangtuaku baik fisik maupun mental seperti hinaan, cacian, makian, cambukan, tamparan, pemukulan sampai hal kasar lainnya aku sudah merasakannya. Kadang aku sudah mulai frustasi dengan hidupku sekarang ini. Pernah tebersit di otakku untuk mengakhiri hidupku dengan cara bunuh diri. Tapi saat aku ingin melakukan hal tersebut aku langsung terpikir dengan kondisi adik-adikku apabila aku telah tiada. saat itulah aku selalu mengurungkan niatku untuk bunuh diri. Namun setelah aku mengurungkan niatku untuk bunuh diri, aku mengalihkan diri ke hal yang negatif seperti ikut tawuran, mabuk-mabukan, merok*k dan sampai ikut ke dalam hal negatif lainnya. Tapi di otakku tak pernah ada sedikit niatan nakalku untuk mencoba nark*ba dan s*ks bebas. Ya memang kadang aku bingung dengan hidupku ini yang selalu dipenuhi kelabilan disana sini. Sampai akhirnya aku mendapatkan titik pencerahan dalam hidupku untuk keluar dari kelabilan ini. Pada saat itu aku sedang jalan sendirian di tengah gelapnya malam. Tiba-tiba ada segerombolan pemuda seusiaku yang berjalan menghampiriku. Setibanya mereka di hadapanku, aku baru mengetahui kalau mereka adalah anak-anak dari SMA Bakti Karya yang pernah aku dan Teman-teman angkatanku serang mendadak sekolahnya sepulang sekolah. Disaat itu Fakhri, ketua dari gerombolan tersebut menyuruh anggota genknya yang berjumlah 8 orang untuk menghajar aku yang seorang diri di tempat itu. Tanpa pikir panjang mereka langsung menyerangku dengan membabi buta sampai aku tak sadarkan diri dibuatnya. Disaat itu aku hanya merasa telah mati dan masuk ke dalam lorong yang sangat gelap. Di lorong tersebut, tiba-tiba aku melihat berbagai hal yang telah aku perbuat selama ini serta aku melihat berbagai peristiwa kekerasan yang selama ini telah orangtuaku perbuat kepada aku dan juga adik-adikku. Disaat itu muncul dipikiran dan juga perasaanku akan penyesalan pada diriku dan dendam terhadap perbuatan orangtuaku selama ini. Ingin rasanya aku bangkit dari mimpi buruk yang tengah menghantuiku ini. Namun aku merasa semua anggota tubuhku telah kaku dan sangat dingin seperti es. Sampai akhirnya aku berdoa kepada Allah dan meminta ampun kepada-Nya akan semua dosa yang aku perbuat di dalam hati dan aku mulai berjanji pada diriku sendiri untuk mengubah prilaku yang selama ini negatif ke hal yang positif. Setelah aku nyatakan hal itu di dalam hati, seketika badanku terasa ringan dan akhirnya aku bangkit dari mimpi buruk tersebut. Aku terbangun dalam keadaan keringat dingin dan raut muka yang sangat pucat. Namun hal yang aku bingungkan saat itu adalah tempat aku berada saat itu. Tempat yang dapat dideskripsikan dengan singkat yaitu sebuah rumah gubuk beratap dan berdinding bambu serta berlantai tanah dengan area yang begitu sempit dan tidak dapat dikategorikan sebagai tempat tinggal yang layak apalagi rumah impian. Dari sudut belakang rumah tersebut keluar seorang pria paruh baya yang sedang membawa teh hangat yang ditaruh di sebuah cangkir kecil. Beliau mulai mendekatiku secara perlahan. Dan beliau mulai duduk di sampingku sembari membuka percakapan ringan. “Diminum dulu nak teh hangatnya” Ujar bapak tersebut sembari tersenyum. “Iya makasih ya pak” Jawabku dilanjutkan dengan menyeruput teh hangat yang telah ia buat. “Tadi saya menemukanmu di gang samping musolah telah dalam keadaan pingsan dengan berlumuran darah” Lanjut perkataannya tersebut kepada aku yang masih terbaring lemas di pembaringan yang terbuat dari bambu miliknya. “Saya ingin berterima kasih kepada bapak sudah bersedia menolong saya tadi. Mungkin kalau gak ada bapak saya sudah mati.” Ucapku kepada pria paruh baya itu. “Iya sama-sama nak, oh iya apakah kamu sudah salat isya nak?” Jawab sang bapak yang diiringi pernyataan lagi darinya. Disaat itu aku mulai diam tak dapat berkutik di depannya. Aku diam karena aku bingung harus ngomong apa di depan bapak itu karena selama ini aku telah lalai dalam ajaran agamaku sendiri. Memang semenjak aku berbuat menyimpang, aku telah jarang salat berjamaah dengan adik-adikku. Malah sempat saat itu aku diajak adikku solat tapi aku membalas ajakan baik adikku dengan bentakan dan aku mengusir kedua adikku itu dari kamarku sanking bejatnya aku saat itu. “Kamu kenapa diam saja nak? ada masalahkah?” Tanya bapak itu seraya menyelidikiku. “Iya pak, saya sudah lama tidak salat sampai saya sudah lupa dengan gerakan serta bacaan di dalam salat tersebut” Jawabku dengan jujur kepadanya. “Apa kamu juga lupa nak dengan gerakan dan niat mengambil air wudu?” Tanya bapak itu lagi kepadaku. Kali ini aku hanya dapat menjawab pertanyaannya dengan anggukan kepalaku saja. “Sudah kamu tenang saja bapak akan membantu kamu kembali lagi kejalan yang benar” ucap beliau yang disambutku dengan senyum dan semangat. Baru kali ini aku miliki kembali senyum dan semangat yang dulu sempat hilang dalam hidupku. Senyum dan semangat yang dulu pernah menghiasi diriku sebelum orangtuaku bertengkar dahulu. Saat keluargaku masih bisa dibilang sebagai keluarga yang harmonis dan belum mengenal yang namanya perbedaan prinsip yang begitu signifikan. Dalam waktu sebulan aku belajar tentang agama kepada bapak imam yang telah menolongku di gang yang saat itu baru dikeroyok oleh anak-anak musuh sekolahku. Dari situ aku mulai menjadi anak yang baik kembali. Namun baru saja aku merasakan hal yang baik dalam diriku, aku kembali mendapatkan musibah yang cukup besar. Namun musibah ini tidak hanya aku saja yang merasakan tapi seluruh anggota keluargaku. Saat itu perusahaan ayah gulung tikar karena banyaknya hutang yang telah menumpuk di bank dan perusahaan ibu harus menelan pil pahit karena telah ditipu klainnya sendiri. Disaat masa terpuruknya kedua orangtuaku, disaat itu aku dan adik-adikku mulai memberanikan diri untuk mendekati kedua orangtua kami dan mengatakan kepada mereka untuk tak usah takut karena mereka masih punya kami yang akan berjuang untuk membahagiakan mereka dihari yang akan datang. Disaat itu kedua orangtua kami tak bisa berkata apa-apa di depan kami yang sedang tersenyum kepadanya. Dan tanpa kami perkirakan sebelumnya, kami dipeluk oleh mereka seraya orangtua kami mengatakan sesuatu secara bergantian. “Maafkan kami ya anak-anak yang telah menelantarkan dan sering melibatkan kalian dalam pertengkaran kami” ucap ayahku. “Kami janji kepada kalian akan memberi perhatian dan kasih sayang yang tulus dan penuh kepada kalian” ucap ibuku. Disaat itu aku dan adik-adikku hanya bisa menangis di pelukan mereka. Dan mulai saat itu kehidupan keluargaku kembali seperti dahulu yang harmonis. Dan orangtua kami pun mulai bekerja sama untuk membangun usaha kecil-kecilan untuk menggantikan perusahaan yang telah bangkrut. Ternyata tak selamanya broken home akan berakhir menyedihkan dan menyakitkan. Karena saya seorang Afrizal Prambudi telah membuktikan bahwa broken home dapat berakhir bahagia dan menyenangkan apabila kita mau bertekad dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk merubahnya. Cerpen Karangan Devi Olivia anak ke-2 dari 2 bersaudara Kelas XI IIS di SMA Negeri 112 Jakarta Barat Cerpen Broken Home Tak Selamanya Menyakitkan merupakan cerita pendek karangan Devi Olivia, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Dia Yang Ku Sayang Oleh Zahratul Ferliandini Waktu pertama kali aku kenal dia waktu aku baru menjejakan kaki di smp 5.. Waktu itu aku tak tau mengapa aku sebenci itu pada seorang lelaki yang bernama avan Rinduku Hanya Padamu Oleh Aritia Putri Malam yang dingin menyelimuti tubuhku, hangatnya pelukan dari dirimu yang mampu menenangkanku dan juga perasaanku. Dulu kau masih mampu bangun dan berdiri untuk menggenggam tanganku, kini semua tidak bisa Kesuksesan Sang Santri Oleh Wafiq Dwi Taga Waktu menunjukan pukul aku terbangun dan beraktifitas seperti biasa. Tetapi hari ini hari yang berbeda dengan hari biasanya karena aku harus mengikuti ujian di sebuah TPQ. Aku berangkat Aku Bukan Dia Oleh Ria Puspita Dewi Mentari bersinar cukup terik siang ini. Seperti biasanya, mereka pulang sekolah dengan berjalan kaki. Iya, mereka, 3 sahabat yang dari lahir selalu bersama, hanya terpisah ketika memasuki SD. Mereka Kecelakaan Menakutkan Oleh Safirotul Makhrushoh Namaku Shasa. Aku baru anak SMP kelas 1. Setiap hari aku harus bangun pagi karena jarak sekolah dengan rumahku lumayan jauh. Pagi-pagi mama sudah membangunkanku. “Sha, ayo bangun cepat, “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

CERPEN Kisah Seorang Santri. KLIKANGGARAN--Menjadi Santri bukan hal yang memalukan. Seperti halnya kisah Firman dan Vizaa yang akan aku ceritakan sesaat lagi. Untuk yang hanya berlatar belakang pendidikan hanya lulusan pesantren, jangan minder. Perihal rejeki sudah ada yang mengatur.
Hai, perkenalkan nama saya Delsa, saya terlahir dalam sebuah keluarga yang sangat sederhana dengan 5 orang saudara, dan saya anak yang ketiga. semua orang pasti akan selalu mendambakan sebuah keluarga yang sangat rukun dan hidup damai. namun apa yang terjadi disini adalah, kenapa harus saya yang mengalami hal seperti ini? Sabah,2000 saya duduk di bangku kelas 4 SD waktu itu. Sabtu pagi, pada hari itu adalah hari libur bagi kami, soalnya kalau di Malaysia Sabtu dan minggu sekolah libur, jadi kami bisa bersantai dan berlibur bersama keluarga untuk waktu yang lama. karena saya adalah putri yang rajin dalam keluarga kami jadi hari itu saya hanya sibuk di dapur untuk melakukan percobaan memasak eheheh. cerita kehidupan kami masih seperti biasa hari itu, tenang damai, belum pernah terlintas akan apa yang akan menimpa kami, dan tiba-tiba... "Delsa..." kakak perempuan saya yang sulung berteriak kepada saya, "ada apa kak?" "cepat kesini, mama dan papa berkelahi". saat itu juga panci yang berisi nasi yang saya masak terjatuh dari tangan kecil ku dan semuanya tumpah. saya berlari dan melihat orang tua saya yang sangat kami kagumi dan sayangi sedang direlai oleh tetangga kami, "kenapa? ada apa?" saya terpaku, pandanganku tiba-tiba kosong, suaraku hilang hanya air mata yang hangat menetes membasahi pipiku. kakak saya yang sulung dan kedua hanya berpelukan menangis, adik saya laki-laki yang belum bisa mengerti situasi juga hanya menangis histeris, mungkin dia hanya kaget melihat saudara saya yang menangis dan bahkan ibu saya yang ternyata sudah pingsan... "palu..??? kenapa ada palu pak?" saya bertanya kepada tetangga saya yang merelai perkelahian ibu dan ayah saya, "oh tidak apa nak, tadi om cuma ambil mau dipakai untuk perbaiki atap", saya hanya mengangguk, namun masih ada yang mengganjal, kenapa ibu sampai pingsan, dan mengapa pahanya biru, mengapa ayah yang sudah memukul ibu masih juga memeluk dan menangis di samping ibu yang sementara pingsan. tidak bisa lagi tangis ku pecah, saya yang selama ini yang selalu menyembunyikan suara tangisku, namun sekarang sudah tidak bisa saya tahan, "ibu..ibu kenapa pa..???" saya bertanya kepada ayah saya, ayah saya diam, ayah adalah sosok yang sangat menyayangi saya, namun sekarang sepertinya dia juga tidak bisa berkata-kata kepada saya. suasana mulai kembali hening, tetangga yang ramai akhirnya kembali ke rumah mereka masing-masing, perlahan kakak saya datang menghampiri saya dan memeluk saya. "itu palu yang bapak pakai untuk memukul mama dek," suara serak kakak saya terdengar berbisik ke telinga saya, saya hanya terdiam, menunduk dan menangis, hanya air mata kali ini yang keluar, rasanya suara saya sudah sangat susah untuk mau keluar. saya tidak habis pikir dan saya tidak mau untuk berpikir kenapa, ayah saya yang sangat baik kepada saya, tega berbuat seperti itu untuk orang yang dia cintai, yang telah hidup lama bersama, membentuk keluarga bersama, tapi kenapa... hatiku sakit, ya Tuhan kenapa cobaan ini datang kepada kami, kami masih kecil dan belum tau untuk melakukan apapun tanpa bimbingan dari orang tua kami. ibu saya kemudian dirawat di rumah kami saja, sampai keesokan harinya ibu saya belum pulih dengan baik, namun yang mengerikan adalah ibu saya minta cerai dari ayah saya. tekad ibu sudah bulat, dia sudah tidak mau baikan lagi dengan ayah saya. tidak ada yang bisa kami lakukan, ibu saya termasuk orang yang sangat keras, mungkin sifatnya itulah yang turun ke saya, makanya saya juga ikut-ikutan keras pemikiran. sejak saat itu, kami semua tidak tau apa yang haru kami lakukan lagi, ayah saya sudah tidak kerja. penghasilan ibu saya dari jualan makanan jadi pas-pasan. sampai saat ini saya belum mengerti sebenarnya apa penyebab sehingga mereka berkelahi dan berujung perceraian itu. kami dititip ke tetangga kami, hidup dengan numpang di rumah orang membuat kami belajar bagaimana untuk mandiri, saya yang sudah berumur 13 tahun waktu itu sudah bisa mengerti untuk diberi perintah, namun yang sangat membuat hati saya sakit adalah, adik-adik saya, mereka hanya melakukan apa yang ada dipikiran mereka, dan terkadang membuat saya berpikir ingin membawa mereka keluar dari rumah tetangga kami itu, namun saya bingung jika kami pergi, kami akan tinggal dimana? jadi jalan satu-satunya adalah dengan bersabar. kakak-kakak saya juga entah dimana dan dengan siapa? kami benar-benar terpisah, ayah saya ke luar daerah ikut dengan teman-temannya untuk mencari kerja, meskipun kami masih saling kontak. hari demi hari kami lalui dengan hidup numpang di rumah tetangga kami, bersabar dan bertahan, berharap semoga mujizat bisa terjadi. hingga suatu hari ayah saya mengetahuinya bahwa ternyata ibu saya tidak tinggal bersama kami, ayah kami membawa saya dan adik-adik saya ke daerah yang jauh dari kota, bisa dikata pinggiran kota, disanalah ayah saya tinggal di mess kontrakan tempat kerjanya. meskipun buta huruf, ayah saya sangat berbakat dalam mesin, elektro, bahkan sampai alat berat, dan bangunan sekalipun. ayah saya hanya belajar dari pengalamannya. saya sangat bangga dengan ayah saya. dari dia saya belajar untuk selalu bersyukur dan menghargai setiap anugerah yang diberikan kepada sesungguhnya potensi itu sudah ada, hanya tinggal pribadi kita yang harus mengembangkan potensi itu. di mess ayah saya, kami dilarang untuk tinggal disitu, ayah saya terancam dipecat jika kami masih tinggal di messnya, oleh sebab itu, kami hidup berpindah-pindah dari satu rumah bekas yang tidak berpenghuni ke rumah tak berpenghuni lainnya. semuanya indah, meskipun sangat-sangat sederhana tapi kami menikmati semua yang terjadi, meskipun kami putus sekolah, tapi kami percaya suatu saat nanti kami akan menjadi orang yang berhasil. mungkin ibu saya dan kakak-kakak saya tidak mengetahui tempat kami, sehingga pada suatu hari, entah kakak saya dapat info dari mana, dia datang tanpa ibu kami, hanya dia.. tentu saja kami sebagai adik-adiknya sangat bahagia bisa bertemu dengannya. namun ternyata, semua itu ada rencana mereka, rencana ibu saya dan kakak saya. ternyata kakak saya diam-diam datang menyelidiki aktivitas ayah saya, mencari info kapan ayah saya tidak ada di rumah. hingga keesokan harinya, kakak saya yang sulung, datang dengan satu taksi, membawa kami semua tanpa sepengetahuan ayah saya, kami disuruh pulang oleh ibu saya, katanya ibu saya kangen sama kami. kami yang waktu itu masih kecil hanya menurut untuk semua yang kakak kami peintahkan. "kak, kenapa tidak tunggu ayah pulang kerja?" saya bertanya kepada kakak saya, dan dijawab "tidak usah, jangan ganggu pekerjaan ayah", ada benarnya juga, kerena kami kan hanya ingin pergi melihat ibu kami, paling sebentar kami kembali kepada ayah kami, hanya itu yang terlintas di pikiran saya, tidak ada pikiran yang lain, meskipun jujur kami memang sangat kangen sama ibu kami, semenjak dititip ke rumah tetangga sampai dibawa oleh ayah kami, kami belum pernah ketemu. sampai di kota, kami bukan dibwa ke rumah yang kami tempati dulu atau di rumah tetangga kami, tetapi ke sebuah motel kecil, disana ibu kami sudah menunggu, kami pun ketemu dengan pelukan dan isak tangis. "ma, bapak sendiri di sana, kapan kami pulang?" pertanyaan pertama saya kepada ibu saya, "besok bapakmu datang nak, tidak usah khawatir" jawaban itu membuat kami sedikit tenang. kringgg...tiba-tiba suara hp ibu saya berbunyi, ada suara pria menangis, dan ternyata... itu suara ayah saya. "kenapa kau bawa anak-anak tapi tidak kasih liat saya dulu" itulah sepenggal kata yang saya dengar keluar dari dalam hp ibu saya."memangnya kamu mau kasih kalau saya minta ijin bawa mereka? kau saja bawa mereka tidak ijin sama saya" ibu saya menjawab. ya Tuhan, sebenarnya ada apa ini? mengapa seperti ini? ternyata kami akan dibawa ibu kami entah kemana, jauh..jauh sekali dari ayah saya.. saya menangis berteriak "pak...ambil kami pak" hanya itu yang saya ucapkan kepada ayah saya, namun saya tidak bisa berbuat apa-apa, saya tidak tau kami dimana? saya harus bagaimana? saya seperti patung. hati saya sakit, tapi ayah suaramu terakhir saya dengar saat itu, maafkan anakmu ayah, sampai saat ini, sudah 2015 entah dimana dirimu berada ayah. saya percaya mujizat itu nyata, suatu saat nanti kita akan bertemu. akhirnya kami tiba di Indonesia, kami semua ternyata ditinggal di kampung bersama dengan nenek kami, ternyata kami ditinggal lagi, tidak seperti ayah kami, tidak pernah mau meninggalkan kami jauh. ayah terima kasih, meskipun sekarang kami tidak tau dimana engkau berada, tapi kami akan berusaha untuk mencari mu, meskipun sampai saat ini kami tidak tau usaha apa yang seharusnya kami lakukan, tapi kami percaya, dan saya percaya Tuhan pasti mempertemukan kita. semoga ayah selalu dalam keadaan yang sehat, kuatlah selalu ayah, kami mencintai mu. pengarang Sapina Delsa alias Sapina Kewa pinadelsa FB sapina delsa laba
cerpententang seorang anak broken home Rabu, 13 Maret 2013 (Ini cerita bukan derita .. cerita kebanyakan dari seorang broken home) D ilahirkan sebagai anak yang terlahir dari sebuah keluarga yang sudah cukup broken sebelum dilahirkan, memang agak menyakitkan.

Cerpen Karangan Nadya DasatzhaKategori Cerpen Anak, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 14 January 2015 Nia seorang gadis yang berumur 14 tahun ini mempunyai seorang adik yang berumur 5 tahun, keseharian nia memang tak terlalu sibuk sehingga dia lebih sering di rumah. Memang hubungan ibu dan ayahnya nia tidak cukup baik, dengan ekonomi yang kurang mencukupi, emosi yang susah dikendalikan membuat ayah dan ibu nia sering bertengkar setiap malam, sehingga nia terbangun dari tidurnya. Nia merasa tertekan, ingin cerita tapi tak tahu dengan siapa. Adiknya? Adiknya tak mengerti apa apa. Tak seharusnya nia merasakan serpihan dari pertengkaran orangtuanya, nia hanya bisa berdoa agar ayah dan ibunya tak bertengkar lagi Tak lama kemudian nia mendengar bahwa ayah dan ibunya akan segera cerai. Nia menangis, batinnya terasa dicabik-cabik, tak sepantasnya nia merasakan itu, nia sangat tertekan, dia menangis dan berdoa semoga ini hanyalah mimpi. Namun beda hasilnya, kini semenjak pertengkaran ayah dan ibunya selama ini membuat ayah dan ibu nia memilih terpisah Nia hanya bisa pasrah, walaupun batinnya tersiksa, namun kini nia hanya bisa berdoa, semoga ayah dan ibunya kembali lagi. Cerpen Karangan Nadya Dasatzha Facebook Nadya Dasatzha Saya Nadya umur 13 tahun saya sekolah di SMPN 105 Jakarta kelas 84 saya kelahiran Jakarta, 22 september 2000 hobi saya membuat cerita dan bernyanyi Cerpen Broken Home merupakan cerita pendek karangan Nadya Dasatzha, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kisah Seorang Anak Yang Cacat Oleh Vindia Arini Mengapa sampai saat ini Ibuku malah semakin sayang pada saudara tiriku. Sedangkan aku? Sepertinya dibuang, Ibuku tidak memperhatikanku lagi, makan pun aku harus mengambil sendiri dengan keadaanku yang seperti Kehidupan Yang Kedua Oleh Sri Rahayu Kuterdiam dalam kegelapan, kuhidup dalam kesunyian dan kuberlari dalam angan, benda benda yang menempel di tubuhku taklagi dapat kurasakan. Kutapaki lorong panjang yang tiada ujung. Lelah rasanya menentukan langkah Akhir Penyesalan Oleh Shavia Maulidina Warna merah merona memancar di ufuk timur, semilir angin bernuansa sejuk berhembus. Mangrove kecil mulai menampakkan tunasnya. Dentuman ombak bertabuh ditengah gemercik suara aliran air. Aroma khas garam menyebar Komplotan Teroris Azabal Oleh Shalwa Syahrika Zachra Namaku Ashara. Hari ini aku akan pergi ke hotel. Tepatnya The Edge Semarang. Bersama ayah, ibu, dan saudara kembarku yang bernama azahra. Dia lebih lambat lahir 5 menit dari Pengorbanannya Tak Sia Sia Oleh Charissa Namanya Dira Natania. Ia biasa dipanggil Natan. Natan termasuk orang miskin. Ia kelas V. Bersekolah di sekolah elit. Itu pun dengan beasiswa. Ia mempunyai sahabat sejati. Namanya Gabriella Hanifah/Abril, “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

Broken Home" Karya : Bekti Lestari Semua orang pasti menginginkan kehidupan yang nyaman, harmonis dan juga mendapat kasih sayang dari orangtua. Cerpen "Broken Home" 10 November 2014 15:08 Diperbarui: 17 Juni 2015 18:10 4818 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Cerpen. TENTANG KOMPASIANA. PROFIL. PERFORMA & STATISTIK Cerpen Karangan NabilaffxxKategori Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 9 July 2016 Aku hanya seorang bocah cilik yang butuh kasih sayang orangtua, bocah cilik yang selalu berlari kesana kemari untuk mencari teman atau mengejar kupu kupu terbang, bocah cilik yang melompat untuk memetik buah di pohon yang tinggi, bocah cilik yang sering duduk sendirian di bawah pohon rindang, bocah cilik yang jauh dari kata teman, keluarga, dan saudara, bocah cilik yang terkucilkan dari keluarga, bocah cilik yang sudah paham apa itu broken home, bocah cilik yang… yang… yang.. dan seterusnya akan tertulis tentangku. 10 tahun kemudian… Prang!! suara pecahan kaca itu kembali terdengar, bukan hal biasa lagi untuk ku dengan kejadian yang hampir setiap hari- ralat setiap mereka pulang ke rumah. Aku kembali meletakkan kepalaku pada lipatan tangan yang kubuat di atas lutut, merasakan sesak yang setiap saat aku rasakan, tanpa disuruh pun airmataku sudah mengalir deras membasahi pipi. “Kau habiskan uang itu dalam dua hari? Kau belikan apa uang sebanyak itu?!!” “Uang segenggam kau bilang banyak? Hei saya bisa mendapatkan uang banyak lebih dari anda!” Aku menghela napas kasar, mendengar percakapan yang selalu menyangkut uang, ayah yang selalu pulang malam bahkan jarang pulang ke rumah, dan ibu yang selalu pergi ke night club, aku tau karena aku pernah mengikutinya dan ia melakukannya setiap hari. Miris memang kehidupanku, sejak aku berumur 5 tahun sampai sekarang aku berumur 15 tahun hidup dalam keluarga yang hancur broken home’, sudah lupa apa itu kasih sayang, lupa apa itu kebersamaan, lupa apa itu keharmonisan, lupa apa itu kenyamaan keluarga. Hidup dalam kesendirian, bayangan yang semu, kegelapan, kesunyian. Dulu, aku pernah bertanya pada diri ku sendiri Mengapa aku, bocah cilik yang harus mendapatkan kepahitan kehidupan?’ tapi sekarang aku bertanya pada Tuhan Apa ini cobaan darimu untukku Tuhan? Hidup dalam keluarga yang hancur yang entah kapan akan berakhir?’ dan aku tahu Tuhan menjawab iya. Tuhan ingin mengukur sampai dimana kemampuanku, dan aku yakin Tuhan punya rencana indah yang tidak pernah aku bayangkan. Dan salah satunya adalah Reina, gadis cantik yang mau mendengarkan ceritaku, mendukungku, menemaniku, dan mengerti tentangku, dia yang berjanji akan selalu ada untukku dalam keadaan apapun itu. Aku tersenyum menutupi sesak yang terus menggebu dalam dada, memejamkan mata dan mencoba mengabaikan suara teriakan ayah ibu, dan pecahan kaca atau guci. Berharap akan keindahan dalam mimpi, bermain main dengan bayangan semu walau hanya sementara, melupakan sejenak pertengkaran orangtua, dan berharap saat aku terbangun tidak ada lagi pertengkaran dan merasakan kasih sayang orangtua yang selama ini aku harapkan. Cerpen Karangan Nabilaffxx Facebook Nabila Afief Cerpen Broken Home merupakan cerita pendek karangan Nabilaffxx, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Hadiah Oleh Muggi S Prasetyo Pagi itu Hani berangkat sekolah diantarkan oleh pamannya. Paman yang sangat dekat dengan keluarganya, dekat dengan Hani. Dan pamannya pun mengatakan sesuatu yang membuat Hani merasakan memiliki beban. Beban Perjaka Berponi Oleh Ima Noerfadilla Bumi terus berputar, matahari tetap diizinkan-Nya bersinar, rembulan dan bintang-bintang menggantikan peran untuk menerangi langit di waktu malam. Dan menghitung jumlah bintang adalah kebiasaan Usuf, si perjaka berponi. Usuf Lailaha illallah Oleh Marwan Syah Alam terbentang luas, berbagai makhluk Allah berada di desa itu, mau hewan ataupun manusia. Seorang anak perempuan bernama Zahra, sedang berdo’a setelah shalat magrib. “Ya’Allah, berilah kesembuhan pada bapak Absolute Destiny Oleh Ghassaa Kebahagiaan tampak di wajah Riana. Sambil bernyanyi riang bersama ayahnya, riana asyik menikmati pemandangan jalan raya pada pagi hari lewat jendela mobil. Saat ini riana sedang berulang tahun dan Wanita di Balik Jendela Oleh Riska Setiawati Daun-daun maple berguguran, menyelimuti hamparan tanah Hembusan angin menampar wajah, membawa kesejukan dalam jiwa. Indahnya musim gugur akan segera berakhir, di bawah pohon maple Anna duduk termanggu mengingat betapa “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Cerpenpanjang tentang liburan. Aku akan bercerita tentang liburan aku beberapa minggu yang lalu. Sertifikat dibagikan kemarin di sekolah. Sebuah cerpen singkat yang bisa menjadi contoh sebuah cerpen liburan 3 lembar dalam word dan tidak sampai 1000 kata. Dari kesepuluhnya sebagian besar imajinasi sisanya pengalaman dan curhatan emosi. 67% found this document useful 3 votes5K views2 pagesOriginal TitleCERPEN BROKEN HOME YETA FCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?67% found this document useful 3 votes5K views2 pagesCerpen Broken Home Yeta FOriginal TitleCERPEN BROKEN HOME YETA FJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. MlyK.
  • t40c0ays4c.pages.dev/9
  • t40c0ays4c.pages.dev/194
  • t40c0ays4c.pages.dev/217
  • t40c0ays4c.pages.dev/169
  • t40c0ays4c.pages.dev/99
  • t40c0ays4c.pages.dev/164
  • t40c0ays4c.pages.dev/257
  • t40c0ays4c.pages.dev/200
  • cerpen panjang tentang broken home